MEDIA TANAM
A.
Media Tanam
Pada kegiatan budidaya pertanian, media
tanam merupakan komponen utama yang perlu diperhatikan, terutama keberadaan
unsur hara yang terdapat pada media tanam tersebut. Keseimbangan unsur hara
sangat berpengaruh pada hasil produksi yang diperoleh. Salah satu penyebab
adanya ketidak seimbangan unsur hara tanah adalah adanya penggunaan secara
intensif tanpa melakukan penambahan unsur hara. Ketidakseimbangan unsur hara
dapat mempengaruhi sifat fisika, kimia dan biologi tanah.
Selain kondisi suhu udara, kelembaban
dan intensitas cahaya, setiap jenis tanaman membutuhkan hara atau senyawa kimia
yang berbeda. Hara dan senyawa kimia yang berbeda dihasilkan dari jenis media
yang berbeda pula. Sehingga untuk mendapatkan hasil produksi yang optimal,
selain harus dapat menentukan jenis tanaman yang akan ditanam, juga dapat
menentukan media tanam yang sesuai dengan kharakter tanaman tersebut.
Salah satu strategi untuk mendapatkan
media tanam yang cocok dengan tanaman yang kita tanam yaitu dengan memasukkan
bahan organik pada media tanam. Meskipun memiliki unsur hara yang relatif lebih
rendah dibandingkan pupuk anorganik, pupuk organik memiliki unsur hara lengkap
dan kaya akan mikro organisme pengurai yang berfungsi menguraikan unsur hara
menjadi senyawa-senyawa organik yang dibutuhkan oleh semua jenis tanaman.
Bahan organik umumnya berasal dari
komponen organisme hidup, misalnya bagian dari tanaman antara lain ; daun,
batang, bunga, buah, atau kulit kayu. Penggunaan bahan organik sebagai media
tanam jauh lebih unggul dibandingkan dengan bahan anorganik. Hal itu
dikarenakan bahan organik mampu menyediakan unsur hara bagi tanaman. Selain
itu, bahan organik juga memiliki sifat hidroskopis dan berongga, sehingga
sirkulasi udara baik sehingga oksigen dapat masuk dalam tanah serta memiliki
daya serap air yang tinggi.
Sifat bahan organik lebih mudah
diuraikan melalui proses pelapukan atau dekomposisi oleh mikro organisme
pengurai. Melalui proses tersebut, akan dihasilkan karbondioksida (CO2), air
(H2O), dan senyawa organik yang lain yang dibutuhkan bagi tanam. Senyawa
organik yang dihasilkan merupakan sumber unsur hara yang dapat diserap tanaman
sebagai zat makanan.
B.
Tanah
Tanah adalah tempat tumbuh tumbuhan di
atas permukaan bumi. Di dalam tanah terdapat air, udara dan berbagai hara
tumbuhan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Air yang berada
dalam tanah sangat penting untuk proses kimia, biologi dan fisika tanah.
Sebagian air tanah terdapat dalam bentuk lapisan tipis yang dinamakan air
kapiler. Air kapiler membentuk larutan tanah yang berfungsi sebagai sumber
unsur hata tumbuhan.
Udara dalam tanah berasal dari udara
atmosfir yang mengandung sekitar 21% Oksigen, 78% nitrogen, dan 1% CO2 beserta
gas lainnya. Semua gas tersebar dalam pori-pori tanah atau terlarut dalam
tanah. Akar dan organisme tanah memerlukan oksigen untuk proses pernafasan
(respirasi). Oksigen dalam tanah digunakan oleh semua mahluk hidup dalam tanah,
baik organisme maupun mikroorganisme, sehingga konsentrasi oksigen dalam tanah
akan lebih rendah dibandingakan dengan oksigen di atas permukaan tanah
(atmosfir).
Di dalam tanah terdapat nitrogen,
fosfor, belerang, kalium, kalsium dan magnesium dalam jumlah yang relatif
banyak (unsur hara makro) dan terdapat sedikit besi, mangan, boron, seng dan
tembaga (unsur hara mikro). Beberapa tumbuhan membutuhkan beberapa unsur lain
seperti natrium, molibdenum, klor, flour, iod, silikon, strontium. Barium dan
kobalt.
Hara esensial (penting) sebagian besar
terdapat dalam tanah. Nitogen merupakan unsur hara yang sangat penting bagi
tumbuhan. Nitrogen merupakan bahan baku untuk penyusunan protein dan asam amino
tumbuhan. Nitrogen diserap oleh tumbuhan dalam bentuk nitrat dan amonium.
Fosfor dibentuk pada tanah mineral dan berbagai senyawa organik. Fosfor diserap
oleh tanaman dalam bentuk ion fospat. Belerang ditemukan dalam tanah mineral.
Belerang diserap oleh tumbuhan dalam bentuk sulfat. Kalium, kalsium dan
magnesium merupakan logam. Pada saat ketiga logam tersebut di atas bereksi
dengan air maka akan dibebaskan ion-ion kalium, kalsium dan magnesium.
a.
Komponen
tanah
Tanah
mineral yang dapat berfungsi sebagai media tumbuh ideal secara material
tersusun oleh 4 komponen, yaitu bahan padatan (mineral dan bahan organik), air
dan udara. Berdasarkan volumenya, maka tanah secara rerata terdiri dari: (1)
50% padatan, berupa 45% bahan mineral dan 5% bahan organik, dan (2) 50% ruang
pori, berisi 25% air dan 25% udara.
Khusus
untuk tanah gambut yang banyak tersebar di kawasan rawa Sumatera Selatan,
Jambi, Riau, Kalimantan dan Papua, komposisi ini relatif berlainan, karena
bagian padatannya 100% dapat berupa bahan organik, sedangkan ruang porinya 100%
dapat terisi air, sehingga ketiadaan bahan mineral dan udara pada tanah ini
merupakan masalah utama dalam pemanfaatannya menjadi lahan pertanian produktif.
Secara
alamiah proporsi komponen-komponen tanah sangat tergantung pada (1). Ukuran
partikel penyusun tanah, makin halus berarti makin padat tanah, sehingga ruang
porinya juga akan menyempit, sebaliknya jika makin kasar. (2). Sumber bahan
organik tanah, tanah bervegetasi akan mempunyai proporsi BOT tinggi, sebaliknya
pada tanah gundul (tanpa vegetasi). (3). Iklim terutama curah hujan dan
temperatur, saat hujan dan evaporasi (penguapan) rendah proporsi air meningkat
(dan proporsi udara menurun), sebaliknya pada saat tidak hujan dan evaporasi
tinggi, dan (4). Sumber air, tanah yang berdekatan dengan sungai akan lebih
banyak mengandung air ketimbang yang jauh dari sungai.
b.
Fungsi
utama tanah sebagai media tumbuh
Masing-masing
komponen tanah tersebut berperan penting dalam menunjang fungsi tanah sebagai
media tumbuh, sehingga variabilitas keempat komponen tanah ini akan berdampak
terhadap variabilitas fungsi tanah sebagai media tumbuh.
Udara
tanah misalnya berfungsi sebagai gudang dan sumber gas (1). O2 yang dibutuhkan
oleh sel-sel perakaran tanaman untuk melaksanakan respirasi, yang melepaskan
CO2 dan untuk oksidasi enzimatik oleh mikrobia autotrofik (mampu menggunakan
senyawa anorganik sebagai sumber energinya). (2). CO2 bagi mikrobia fotosintetik,
dan (3). N2 bagi mikrobia pengikat N.
Beberapa
gas seperti CO2 dan N2 ini serta NH3, H2 dan gas-gas lainnya baik yang berasal
dari proses dekomposisi bahan organik maupun berasal dari sisa-sisa pestisida
atau limbah industri, apabila berkadar relatif tinggi dapat menjadi racun baik
bagi akar maupun bagi mikrobia tanah. Adanya sirkulasi udara (aerasi) yangbaik
akan memungkinkan pertukaran gas-gas ini dengan 02 dari atmosfer,sehingga
aktivitas mikrobia autotrofik yang berperan vital dalam penyediaan unsur-unsur
hara menjadi terjamin dan toksisitas gas-gas tersebut ternetralisir.
Air
tanah berfungsi sebagai komponen utama tubuh tetanaman dan biota tanah.
Sebagian besar ketersediaan dan penyerapan hara oleh tanaman dimediasi oleh
air, malah unsur-unsur mobil seperti N, K dan Ca dominan diserap tanaman
melalui bantuan mekanisme aliran massa air, baik ke permukaan akar maupun
transportasi ke daun. Oleh karena itu, tanaman yang mengalami kekurangan air
tidak saja akan layu tetapi juga akan mengalami defisiensi hara. Untuk
menghasilkan 1 g biomass kering, tanaman membutuhkan sekitar 500 g air, yang 1
%nya mengisi setiap unit selsel tanaman.
Bahan
organik dan mineral tanah terutama berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara
bagi tetanaman dan biota tanah. Bahan mineral melalui bentuk
partikel-partikelnya merupakan penyusun ruang pori tanah yang tidak saja
berfungsi sebagai gudang udara dan air, tetapi juga sebagai ruang untuk akar
berpenetrasi, makin sedikit ruang 150 pori ini akan makin tidak berkembang
sistem perakaran tanaman. Bahan organik merupakan sumber energi, karbon dan
hara bagi biota heterotrofik (pengguna senyawa organik), sehingga keberadaan
BOT (bahan organik tanah) akan sangat menentukan populasi dan aktivitasnya
dalam melepaskan hara-hara tersedia yang dikandung BOT tersebut.
Dalam
berpenetrasi ini, pada kondisi ideal perakaran tanaman dapat tumbuh dan
berpenetrasi baik secara lateral maupun vertikal sejauh beberapa cm per hari,
sehingga tanaman jagung dewasa yang ditanam berjarak 100 cm dapat mempunyai
sistem perakaran yang saling bersentuhan dengan kedalaman lebih dari 2 meter.
Bahkan tanaman alfalfa diketahui dapat mencapai kedalaman sampai 7 m, dengan
rerata 2-3 m. Tanaman kedelai dapat berpenetrasi hingga 35 cm lateral dan 1 m
horizontal. Makna terpenting dari makin berkembangnya sistem perakaran ini
adalah makin banyaknya hara dan air yang dapat diserap tanaman, sehingga makin
terjamin kebutuhannya selama proses pertumbuhan dan produksinya, dan akhirnya
makin produktif suatu areal lahan.
C.
Teknik
Pengolahan Tanah
Pembuatan media tanam yang baik pada
prinsipnya bisa menggunakan formulasi berbagai bahan media tanam yang memiliki
sifat-sfat sebagai berikut:
1. Mampu
menopang tanaman secara kokoh, sehingga tanaman mampu berdiri tegak dan tidak
mudah roboh. Agar persyaratan tersebut terpenuhi, maka kita harus memilih media
tanam yang tidak mudah lapuk dan bisa tahan lama.
2. Media
tanam harus memiliki sifat porous, sehingga mampu mengalirkan kelebihan air
yang tidak dibutuhkan, sehingga tanaman terhindar dari rendaman air dan
kelembaban yang tinggi. Kelembaban yang tinggi dapat mengakibatkan tanaman
menjadi busuk dan serangan jamur. Sehingga kita harus dapat membuat media tanam
yang tidak padat dan memiliki rongga atau pori pori, sehingga drainase dan aerasi
pada media berjalan baik.
3. Media
harus tersedia unsur hara yang dibutuhkan tanaman, baik itu unsur hara makro
maupun mikro, sehingga kebutuhan tanaman akan nutrisi dapat terpenuhi.
Agar persyaratan tersebut terpenuhi, maka perlu menambahkan pupuk organik
atau pupuk kimia pada media tanam.
4. Tanaman
membutuhkan media yang bersih sehat dan tidak terkontaminasi jamur, virus atau
tercemar bahan kimia yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Sehingga
untuk mendapatkan media tanam yang sehat bisa dilakukan dengan cara: a)
Mengukus media tanam atau memasukan media tanam pada oven dengan suhu
70 o C selama 6 jam. b) Menjemur media tanam pada terik
matahari selama kurang lebih dua hari. c) Cara lain yang sering digunakan
yaitu dengan mengaplikasikan pestisida dan fungisida pada media tanam.
Prinsip pembuatan media tanam, terdapat
komponen bahan penyimpan atau pengikat air, bahan penyedia hara, dan unsur
tanah. Bahan pengikat air bisa menggunakan sekam bakar atau serbuk sabut kelapa
(kokopit), bahan penyedia hara bisa menambahkan pupuk organik, kompos, atau
bahan organik lain serta tanah sebagai media memperkokoh perakaran, dengan
perbandingan 1 : 1 : 1.
Agar diperoleh media yang bebas dari
hama dan penyakit terutama jamur, bisa dilakukan dengan menambahkan ke media
tanam fungisida dan pestisida. Pupuk organik yang digunakan diolah terlebih
dahulu dengan melakukan decomposisi menggunakan efektif micro organisme atau
decompozer yang lain.
Pengolahan lahan terdiri dari persiapan
lahan, pengolahan tanah dan pembuatan bedengan. Lahan untuk budidaya secara
konvensional pada umumnya terdiri dari tanah yang merupakan tempat tumbuh
tanaman. Oleh karena itu tanah yang akan ditanami harus dipersiapkan sebaik
mungkin sehingga tanaman bisa tumbuh dengan subur dan hasilnya memuaskan.
Sebelum melakukan pengolahan tanah
hendaknya lahan dibersihkan terlebih dahulu dari sisa-sisa tanaman yang ada,
misalnya rerumputan dan semak yang tumbuh pada lahan tersebut. Hal ini
bertujuan untuk memudahkan pengolahan tanah. Pembersihan lahan ini dapat
dilakukan dengan pembabatan, dan pencabutan. Semua bahan organik yang terkumpul
diupayakan untuk diproses menjadi kompos dengan menggunakan dekomposer
(bio-fertilizer) dan antagonis patogen tular tanah, sehingga diperoleh kompos
siap pakai yang mengandung mikroflora tanah yang berfungsi untuk meningkatkan
kesuburan tanah dan berdampak positif untuk tanaman yang dibudidayakan.
Pada
tanah basah seperti tanah sawah, pembersihan lahan dilakukan dengan membabat
atau membenamkan sisa tanaman ke dalam tanah yang terendam air. Untuk
mempercepat proses pengomposan pada tanah sawah dapat ditambahkan
bio-fertilizer dan dekomposer yang bersifat anaerob.
Pengolahan
tanah merupakan kegiatan yang dilakukan agar tanah menjadi gembur dan subur,
agar tanaman bisa tumbuh dengan subur dan memberikan banyak hasil. Pengolahan (penggemburan)
tanah ini bisa dilakukan dengan cangkul atau dengan bajak sedalam 20-30 cm.
Setelah
kegiatan pengolah tanah, tahap berikutnya yang harus dikerjakan adalah
pembuatan bedengan. Fungsi bedengan adalah memudahkan perawatan tanaman,
pengaturan air, penanaman benih atau bibit tanaman. Dengan adanya bedengan maka
akan terbentuk saluran-saluran pembuangan air yang sekaligus bisa digunakan
sebagai jalan untuk mengamati atau merawat tanaman. Bedengan biasanya dibuat dengan
ukuran lebar 1-1,2 meter, panjang 10-15 meter (tergantung luas lahan), tinggi
15-20 cm, dan jarak antara bedengan 30-40 cm.
Pembuatan
lubang tanam dan pemberian pupuk dasar. Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan
membuat lubang dan menggemburkan tanah disekitar tanah tersebut. Lubang tanam ini
dibuat dengan ukuran lebar 15-20 cm, dalam 20-25 cm dan jarak antar lubang 60 x
70 cm atau 60 x 60 cm.
1. Pengolahan
tanah di lahan kering dengan menggunakan traktor.
2. Pengolahan
tanah di lahan sawah dengan menggunakan hand tractor.
Setelah
pembuatan lubang tanam sesegera mungkin diberi pupuk dasar. Pemberian pupuk
dasar diupayakan berupa pupuk organik (kompos/pupuk kandang) yang mengandung bio-fertilizer
dan antagonis. Penambahan kedua bahan tersebut dimaksudkan untuk melakukan kegiatan
preventif (pencegahan) agar tanaman terhindar dari serangan patogen (penyebab
penyakit) dan menyiapkan beberapa unsur hara yang tersedia bagi tanaman. Pada
kalangan petani sering disebut sebagai menyiapkan koki (bio-fertlizer) dan dokter
tanaman (bio-pestisida).
Setelah
pembuatan lubang tanam sesegera mungkin diberi pupuk dasar. Pemberian pupuk
dasar diupayakan berupa pupuk organik (kompos atau pupuk kandang) yang mengandung
bio-fertilizer dan antagonis. Penambahan kedua bahan tersebut dimaksudkan untuk
melakukan kegiatan preventif (pencegahan) agar tanaman terhindar dari serangan patogen
(penyebab penyakit) dan menyiapkan beberapa unsur hara yang tersedia bagi
tanaman. Pada kalangan petani sering disebut sebagai menyiapkan koki
(bio-fertlizer) dan dokter tanaman (bio-pestisida).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Saya sangat mengharapkan komntar anda