Jumat, 03 Mei 2013

MEDIA TANAM


MEDIA TANAM
A.      Media Tanam
Pada kegiatan budidaya pertanian, media tanam merupakan komponen utama yang perlu diperhatikan, terutama keberadaan unsur hara yang terdapat pada media tanam tersebut. Keseimbangan unsur hara sangat berpengaruh pada hasil produksi yang diperoleh. Salah satu penyebab adanya ketidak seimbangan unsur hara tanah adalah adanya penggunaan secara intensif tanpa melakukan penambahan unsur hara. Ketidakseimbangan unsur hara dapat mempengaruhi sifat fisika, kimia dan biologi tanah.
Selain kondisi suhu udara, kelembaban dan intensitas cahaya, setiap jenis tanaman membutuhkan hara atau senyawa kimia yang berbeda. Hara dan senyawa kimia yang berbeda dihasilkan dari jenis media yang berbeda pula. Sehingga untuk mendapatkan hasil produksi yang optimal, selain harus dapat menentukan jenis tanaman yang akan ditanam, juga dapat menentukan media tanam yang sesuai dengan kharakter tanaman tersebut.
Salah satu strategi untuk mendapatkan media tanam yang cocok dengan tanaman yang kita tanam yaitu dengan memasukkan bahan organik pada media tanam. Meskipun memiliki unsur hara yang relatif lebih rendah dibandingkan pupuk anorganik, pupuk organik memiliki unsur hara lengkap dan kaya akan mikro organisme pengurai yang berfungsi menguraikan unsur hara menjadi senyawa-senyawa organik yang dibutuhkan oleh semua jenis tanaman.
Bahan organik umumnya berasal dari komponen organisme hidup, misalnya bagian dari tanaman antara lain ; daun, batang, bunga, buah, atau kulit kayu. Penggunaan bahan organik sebagai media tanam jauh lebih unggul dibandingkan dengan bahan anorganik. Hal itu dikarenakan bahan organik mampu menyediakan unsur hara bagi tanaman. Selain itu, bahan organik juga memiliki sifat hidroskopis dan berongga, sehingga sirkulasi udara baik sehingga oksigen dapat masuk dalam tanah serta memiliki daya serap air yang tinggi.
Sifat bahan organik lebih mudah diuraikan melalui proses pelapukan atau dekomposisi oleh mikro organisme pengurai. Melalui proses tersebut, akan dihasilkan karbondioksida (CO2), air (H2O), dan senyawa organik yang lain yang dibutuhkan bagi tanam. Senyawa organik yang dihasilkan merupakan sumber unsur hara yang dapat diserap tanaman sebagai zat makanan.
B.       Tanah
Tanah adalah tempat tumbuh tumbuhan di atas permukaan bumi. Di dalam tanah terdapat air, udara dan berbagai hara tumbuhan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Air yang berada dalam tanah sangat penting untuk proses kimia, biologi dan fisika tanah. Sebagian air tanah terdapat dalam bentuk lapisan tipis yang dinamakan air kapiler. Air kapiler membentuk larutan tanah yang berfungsi sebagai sumber unsur hata tumbuhan.
Udara dalam tanah berasal dari udara atmosfir yang mengandung sekitar 21% Oksigen, 78% nitrogen, dan 1% CO2 beserta gas lainnya. Semua gas tersebar dalam pori-pori tanah atau terlarut dalam tanah. Akar dan organisme tanah memerlukan oksigen untuk proses pernafasan (respirasi). Oksigen dalam tanah digunakan oleh semua mahluk hidup dalam tanah, baik organisme maupun mikroorganisme, sehingga konsentrasi oksigen dalam tanah akan lebih rendah dibandingakan dengan oksigen di atas permukaan tanah (atmosfir).
Di dalam tanah terdapat nitrogen, fosfor, belerang, kalium, kalsium dan magnesium dalam jumlah yang relatif banyak (unsur hara makro) dan terdapat sedikit besi, mangan, boron, seng dan tembaga (unsur hara mikro). Beberapa tumbuhan membutuhkan beberapa unsur lain seperti natrium, molibdenum, klor, flour, iod, silikon, strontium. Barium dan kobalt.
Hara esensial (penting) sebagian besar terdapat dalam tanah. Nitogen merupakan unsur hara yang sangat penting bagi tumbuhan. Nitrogen merupakan bahan baku untuk penyusunan protein dan asam amino tumbuhan. Nitrogen diserap oleh tumbuhan dalam bentuk nitrat dan amonium. Fosfor dibentuk pada tanah mineral dan berbagai senyawa organik. Fosfor diserap oleh tanaman dalam bentuk ion fospat. Belerang ditemukan dalam tanah mineral. Belerang diserap oleh tumbuhan dalam bentuk sulfat. Kalium, kalsium dan magnesium merupakan logam. Pada saat ketiga logam tersebut di atas bereksi dengan air maka akan dibebaskan ion-ion kalium, kalsium dan magnesium.
a.      Komponen tanah
Tanah mineral yang dapat berfungsi sebagai media tumbuh ideal secara material tersusun oleh 4 komponen, yaitu bahan padatan (mineral dan bahan organik), air dan udara. Berdasarkan volumenya, maka tanah secara rerata terdiri dari: (1) 50% padatan, berupa 45% bahan mineral dan 5% bahan organik, dan (2) 50% ruang pori, berisi 25% air dan 25% udara.
Khusus untuk tanah gambut yang banyak tersebar di kawasan rawa Sumatera Selatan, Jambi, Riau, Kalimantan dan Papua, komposisi ini relatif berlainan, karena bagian padatannya 100% dapat berupa bahan organik, sedangkan ruang porinya 100% dapat terisi air, sehingga ketiadaan bahan mineral dan udara pada tanah ini merupakan masalah utama dalam pemanfaatannya menjadi lahan pertanian produktif.
Secara alamiah proporsi komponen-komponen tanah sangat tergantung pada (1). Ukuran partikel penyusun tanah, makin halus berarti makin padat tanah, sehingga ruang porinya juga akan menyempit, sebaliknya jika makin kasar. (2). Sumber bahan organik tanah, tanah bervegetasi akan mempunyai proporsi BOT tinggi, sebaliknya pada tanah gundul (tanpa vegetasi). (3). Iklim terutama curah hujan dan temperatur, saat hujan dan evaporasi (penguapan) rendah proporsi air meningkat (dan proporsi udara menurun), sebaliknya pada saat tidak hujan dan evaporasi tinggi, dan (4). Sumber air, tanah yang berdekatan dengan sungai akan lebih banyak mengandung air ketimbang yang jauh dari sungai.

b.      Fungsi utama tanah sebagai media tumbuh
Masing-masing komponen tanah tersebut berperan penting dalam menunjang fungsi tanah sebagai media tumbuh, sehingga variabilitas keempat komponen tanah ini akan berdampak terhadap variabilitas fungsi tanah sebagai media tumbuh.
Udara tanah misalnya berfungsi sebagai gudang dan sumber gas (1). O2 yang dibutuhkan oleh sel-sel perakaran tanaman untuk melaksanakan respirasi, yang melepaskan CO2 dan untuk oksidasi enzimatik oleh mikrobia autotrofik (mampu menggunakan senyawa anorganik sebagai sumber energinya). (2). CO2 bagi mikrobia fotosintetik, dan (3). N2 bagi mikrobia pengikat N.
Beberapa gas seperti CO2 dan N2 ini serta NH3, H2 dan gas-gas lainnya baik yang berasal dari proses dekomposisi bahan organik maupun berasal dari sisa-sisa pestisida atau limbah industri, apabila berkadar relatif tinggi dapat menjadi racun baik bagi akar maupun bagi mikrobia tanah. Adanya sirkulasi udara (aerasi) yangbaik akan memungkinkan pertukaran gas-gas ini dengan 02 dari atmosfer,sehingga aktivitas mikrobia autotrofik yang berperan vital dalam penyediaan unsur-unsur hara menjadi terjamin dan toksisitas gas-gas tersebut ternetralisir.
Air tanah berfungsi sebagai komponen utama tubuh tetanaman dan biota tanah. Sebagian besar ketersediaan dan penyerapan hara oleh tanaman dimediasi oleh air, malah unsur-unsur mobil seperti N, K dan Ca dominan diserap tanaman melalui bantuan mekanisme aliran massa air, baik ke permukaan akar maupun transportasi ke daun. Oleh karena itu, tanaman yang mengalami kekurangan air tidak saja akan layu tetapi juga akan mengalami defisiensi hara. Untuk menghasilkan 1 g biomass kering, tanaman membutuhkan sekitar 500 g air, yang 1 %nya mengisi setiap unit selsel tanaman.
Bahan organik dan mineral tanah terutama berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara bagi tetanaman dan biota tanah. Bahan mineral melalui bentuk partikel-partikelnya merupakan penyusun ruang pori tanah yang tidak saja berfungsi sebagai gudang udara dan air, tetapi juga sebagai ruang untuk akar berpenetrasi, makin sedikit ruang 150 pori ini akan makin tidak berkembang sistem perakaran tanaman. Bahan organik merupakan sumber energi, karbon dan hara bagi biota heterotrofik (pengguna senyawa organik), sehingga keberadaan BOT (bahan organik tanah) akan sangat menentukan populasi dan aktivitasnya dalam melepaskan hara-hara tersedia yang dikandung BOT tersebut.
Dalam berpenetrasi ini, pada kondisi ideal perakaran tanaman dapat tumbuh dan berpenetrasi baik secara lateral maupun vertikal sejauh beberapa cm per hari, sehingga tanaman jagung dewasa yang ditanam berjarak 100 cm dapat mempunyai sistem perakaran yang saling bersentuhan dengan kedalaman lebih dari 2 meter. Bahkan tanaman alfalfa diketahui dapat mencapai kedalaman sampai 7 m, dengan rerata 2-3 m. Tanaman kedelai dapat berpenetrasi hingga 35 cm lateral dan 1 m horizontal. Makna terpenting dari makin berkembangnya sistem perakaran ini adalah makin banyaknya hara dan air yang dapat diserap tanaman, sehingga makin terjamin kebutuhannya selama proses pertumbuhan dan produksinya, dan akhirnya makin produktif suatu areal lahan.
C.      Teknik Pengolahan Tanah
Pembuatan media tanam yang baik pada prinsipnya bisa menggunakan formulasi berbagai bahan media tanam yang memiliki sifat-sfat sebagai berikut:
1.    Mampu menopang tanaman secara kokoh, sehingga tanaman mampu berdiri tegak dan tidak mudah roboh. Agar persyaratan tersebut terpenuhi, maka kita harus memilih media tanam yang tidak mudah lapuk dan bisa tahan lama.
2.    Media tanam harus memiliki sifat porous, sehingga mampu mengalirkan kelebihan air yang tidak dibutuhkan, sehingga tanaman terhindar dari rendaman air dan kelembaban yang tinggi. Kelembaban yang tinggi dapat mengakibatkan tanaman menjadi busuk dan serangan jamur. Sehingga kita harus dapat membuat media tanam yang tidak padat dan memiliki rongga atau pori pori, sehingga drainase dan aerasi pada media berjalan baik.
3.    Media harus tersedia unsur hara yang dibutuhkan tanaman, baik itu unsur hara makro maupun mikro, sehingga kebutuhan tanaman akan nutrisi dapat terpenuhi.  Agar persyaratan tersebut terpenuhi, maka perlu menambahkan pupuk organik atau pupuk kimia pada media tanam.
4.    Tanaman membutuhkan media yang bersih sehat dan tidak terkontaminasi jamur, virus atau tercemar bahan kimia yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.  Sehingga untuk mendapatkan media tanam yang sehat bisa dilakukan dengan cara: a) Mengukus media tanam atau memasukan media tanam pada oven dengan suhu 70 o C selama 6 jam.  b) Menjemur media tanam pada terik matahari selama kurang lebih dua hari.  c) Cara lain yang sering digunakan yaitu dengan mengaplikasikan pestisida dan fungisida pada media tanam.
Prinsip pembuatan media tanam, terdapat komponen bahan penyimpan atau pengikat air, bahan penyedia hara, dan unsur tanah. Bahan pengikat air bisa menggunakan sekam bakar atau serbuk sabut kelapa (kokopit), bahan penyedia hara bisa menambahkan pupuk organik, kompos, atau bahan organik lain serta tanah sebagai media memperkokoh perakaran, dengan perbandingan 1 : 1 : 1.
Agar diperoleh media yang bebas dari hama dan penyakit terutama jamur, bisa dilakukan dengan menambahkan ke media tanam fungisida dan pestisida. Pupuk organik yang digunakan diolah terlebih dahulu dengan melakukan decomposisi menggunakan efektif micro organisme atau decompozer yang lain.
Pengolahan lahan terdiri dari persiapan lahan, pengolahan tanah dan pembuatan bedengan. Lahan untuk budidaya secara konvensional pada umumnya terdiri dari tanah yang merupakan tempat tumbuh tanaman. Oleh karena itu tanah yang akan ditanami harus dipersiapkan sebaik mungkin sehingga tanaman bisa tumbuh dengan subur dan hasilnya memuaskan.
Sebelum melakukan pengolahan tanah hendaknya lahan dibersihkan terlebih dahulu dari sisa-sisa tanaman yang ada, misalnya rerumputan dan semak yang tumbuh pada lahan tersebut. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pengolahan tanah. Pembersihan lahan ini dapat dilakukan dengan pembabatan, dan pencabutan. Semua bahan organik yang terkumpul diupayakan untuk diproses menjadi kompos dengan menggunakan dekomposer (bio-fertilizer) dan antagonis patogen tular tanah, sehingga diperoleh kompos siap pakai yang mengandung mikroflora tanah yang berfungsi untuk meningkatkan kesuburan tanah dan berdampak positif untuk tanaman yang dibudidayakan.
Pada tanah basah seperti tanah sawah, pembersihan lahan dilakukan dengan membabat atau membenamkan sisa tanaman ke dalam tanah yang terendam air. Untuk mempercepat proses pengomposan pada tanah sawah dapat ditambahkan bio-fertilizer dan dekomposer yang bersifat anaerob.
Pengolahan tanah merupakan kegiatan yang dilakukan agar tanah menjadi gembur dan subur, agar tanaman bisa tumbuh dengan subur dan memberikan banyak hasil. Pengolahan (penggemburan) tanah ini bisa dilakukan dengan cangkul atau dengan bajak sedalam 20-30 cm.
Setelah kegiatan pengolah tanah, tahap berikutnya yang harus dikerjakan adalah pembuatan bedengan. Fungsi bedengan adalah memudahkan perawatan tanaman, pengaturan air, penanaman benih atau bibit tanaman. Dengan adanya bedengan maka akan terbentuk saluran-saluran pembuangan air yang sekaligus bisa digunakan sebagai jalan untuk mengamati atau merawat tanaman. Bedengan biasanya dibuat dengan ukuran lebar 1-1,2 meter, panjang 10-15 meter (tergantung luas lahan), tinggi 15-20 cm, dan jarak antara bedengan 30-40 cm.
Pembuatan lubang tanam dan pemberian pupuk dasar. Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan membuat lubang dan menggemburkan tanah disekitar tanah tersebut. Lubang tanam ini dibuat dengan ukuran lebar 15-20 cm, dalam 20-25 cm dan jarak antar lubang 60 x 70 cm atau 60 x 60 cm.
                    
1.    Pengolahan tanah di lahan kering dengan menggunakan traktor.
2.    Pengolahan tanah di lahan sawah dengan menggunakan hand tractor.
Setelah pembuatan lubang tanam sesegera mungkin diberi pupuk dasar. Pemberian pupuk dasar diupayakan berupa pupuk organik (kompos/pupuk kandang) yang mengandung bio-fertilizer dan antagonis. Penambahan kedua bahan tersebut dimaksudkan untuk melakukan kegiatan preventif (pencegahan) agar tanaman terhindar dari serangan patogen (penyebab penyakit) dan menyiapkan beberapa unsur hara yang tersedia bagi tanaman. Pada kalangan petani sering disebut sebagai menyiapkan koki (bio-fertlizer) dan dokter tanaman (bio-pestisida).
Setelah pembuatan lubang tanam sesegera mungkin diberi pupuk dasar. Pemberian pupuk dasar diupayakan berupa pupuk organik (kompos atau pupuk kandang) yang mengandung bio-fertilizer dan antagonis. Penambahan kedua bahan tersebut dimaksudkan untuk melakukan kegiatan preventif (pencegahan) agar tanaman terhindar dari serangan patogen (penyebab penyakit) dan menyiapkan beberapa unsur hara yang tersedia bagi tanaman. Pada kalangan petani sering disebut sebagai menyiapkan koki (bio-fertlizer) dan dokter tanaman (bio-pestisida).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saya sangat mengharapkan komntar anda