Sabtu, 03 Februari 2018

CERPEN KEREN TERBARU

CINTA SEBRANG PULAU

Namanya “Asty”. Dia adalah gadis cantik dari sebuah pulau kecil yang memiliki kebudayaan yang cukup kental. dia salah satu guru di sebuah Sekolah menengah di desanya. Dia dilahirkan dari keluarga bangsawan alias golongan darah biru. Daerah tersebut masih sangat kental dengan penggolongan masyarakat berdasarkan tingkatannya, apalagi di desa Asty. Di rumahnya memiliki beberapa orang “hamba” yang akan bertugas untuk melayani tuannya yaitu keluarga Asty.

Asty menyelesaikan pendidikan tinggi di kota provinsi. Di sana dia menemukan tambatan hatinya. Dia adalah Aldy. Dia laki – laki setia yang sangat menyayangi asty. Aldy teman sekelas asty. Mereka mengambil jurusan yang sama. Aldy berasal dari pulau lain yang tentu saja memiliki kebudayaan yang jauh berbeda dengan wanita cantik yang dicintainya.

Keseharian mereka sangat akrab. Mereka adalah sepasang kekasih yang saling menyayangi. saling membantu antara satu dengan yang lain. Kedewasaan cintah sangat ditonjolkan dalam hubungan mereka. Mereka suda saling merasa bahwa kekasihnya itu adalah jodohnya. Susah dan senang mereka lalaui bersama.

Cinta Aldy di coba saat Asty mengalami sakit berat. Asty sekarat dan tidak sadarkan diri. Ia harus dilarikan ke rumah sakit. “Maaf apa hubungan saudara dengan pasien?”, “Dia adik saya dok”. Jawab Aldy saat ditanya dokter dalam ruangannya. “ Jadi begini, adik anda mengalami gagal ginjal dan satu – satunya cara adalah dia harus dioperasi”, tapi kami sulit mendapatkan ginjal penggantinya, karena kita harus menemukan orang yang rela memberikan satu ginjalnya untuk adik anda malam ini juga”. Dokter memberikan penjelasan kepada Aldy. Saat itu Aldy mulai resah, bingung apa yang harus dilakukan.

Didorong oleh rasa cinta dan kasih sayangnya kepada Asty, maka Aldy langsung mengejar dokter yang baru saja pergi dan ingin mengatakan bahwa ia siap merelakan sala satu ginjalnya untuk didonorkan kepada Asty. “Tapi ingat dok, jangan katakan kalau aku yang memberikan ginjal untuknya”. Aldy menutupi hal ini karena dia tidak ingin Asty merasa hutang nyawa padanya. Dia hanya ingin Asty mencintainya dengan tulus, seperti cintanya yang sungguh mulia dan tulus kepada Asty. tanpa berlama – lama dokter segera melakukan operasi tersebut.

Setelah beberapa jam dioperasi, mereka dikeluarkan dan dirawat di ruangan berbeda sehingga mereka tidak saling melihat. Saat Asty menyadarkan diri, dia hanya melihat Santi temannya duduk di samping tempat tidurnya. “Akhirnya kamu sadar juga”. Kata santi dengan wajah senang sambil tangannya mengusap kepala Asty. Di ruangan lain Aldy pun sudah menyadarkan diri tapi masih lemah karena baru saja dioperasi. Dia ingin sekalai melihat kondisi Asty kekasihnya. “Mana Aldy?” Asty menanyakan kekasihnya kepada Santy. “Aku jg tida tau dia di mana? saya sudah menghubungi nomornya tapi tidak aktif”. Santy coba menyembunyikan keberadaan Aldy sesuai perjanjian mereka.

Asty terlihat sangat kecewa. Ia sangat mengharapkan kekasihnya ada di sampingnya bahkan memeluknya saat dirinya lagi sakit. “Di saat aku lagi sakit seperti ini, dia malah pergi meninggalkan aku sendirian, aku benci sama kamu Al”. Asty berbicara kesal dalam hatinya dan meneteskan air mata di pipinya yang masih pucat. Ia merasa tidak diperhatikan oleh kekasihnya.

Beberapa jam kemudian Aldy muncul dengan sempoyongan masuk ke ruangan tempat Asty dirawat. Ternyata dia memaksakan dirinya yang masih lemah. Ia tidak sabar ingin melihat kondisi kekasihnya yang baru saja dioperasi. Walaupun masih dalam kondisi lemah, ia tetap berusaha tegar demi menutupi semua apa yang sudah ia lakukan. Asty membuang mukanya ke samping saat melihat Aldy memasuki ruangan itu. Ia menujukkan rasa kekecewaannya. Aldy mendekati tempat tidurnya. “Sayang”. Aldy memanggil kekasihnya sambil tangan kanannya mengusap kepala Asty perlahan lalu tangan kiri memegang tangannya. “Lepaskan.... aku tidak membutuhkanmu”. Asty mengatakan hal itu dengan nada kasar sambil membuang tangan Aldy yang sementara mengusap sayang kepalanya. “Kamu sudah berubah Al, bahkan kamu tidak ada saat aku lagi sakit parah seperti ini. Aku ini mau mati Al... Aku sedih sendiri di sini dan kamu apa??? Enak – enakan di luar sana.” Asty memarahi Aldy dengan nada yang terbata – bata dan air mata terus mengalir dari mata indahnya menandakan ia sangat sedih dan marah.

“ Maafkan aku sayang, aku suda berbuat salah, aku sudah melakukan kesalahan besar sayang, aku memang laki – laki bodoh, aku sama sekali tidak bergunaaaaaaa”. Aldi tunduk sambil menangis keras, iya menjatuhkan kedua lututnya dilantai samping tempat tidur kekasihnya sambil terus memohon maaf kepada kekasihnya. Air matanya mengalir semakin deras. Sebetulnya yang dia tangisi adalah tangis kebahagiaan karena melihat kekasihnya bisa diselamatkan. iya menjatuhkan lututnnya ke lantai karena ia merasa pusing, kondisinya masih lemah. Sementara Santi juga ikut meneteskan air mata merenungkan ketulusan cinta Aldy pada Asty.

Setelah keluar dari rumah sakit, Aldy semakin sering berkunjung ke kos – kosan Asty untuk membawa buah. Kebanyakan Mahasiswa di daerah itu memang lebih suka tinggal di kost ketimbang harus membayar kontrakan yang cukup mahal. Asty akhirnya memaafkan aldy setelah aldy selalu memberi perhatian padanya. meskipun dirinya sendiri juga dalam keadaan sakit dan membutuhkan perhatian lebih. mereka kemudian menjalankan hubungan seperti biasanya, karena mereka memang saling mencintai.

beberapa tahun kemudian, di suatu hari yang sangat bahagia. mereka berdua diwisudakan sebagai sarjana di hari yang sama . Sebuah suasana yang sungguh luar biasa bagi semua orang yang pernah merasakan. Wisuda adalah saat yang sangat diimpi – impikan oleh semua mahasiswa. Perlahan Aldy dengan memakai toga mendekati dan memeluk Asty dengan Erat. Asty pun membalas pelukan Aldy dengan hangat. Mata yang sudah berkaca – kaca bertumpukan air dan mengalir membasahi wajah cantik yang sudah di make up sejak pagi. Mereka meneteskan air mata kebahagiaan, merasa berhasil karena mereka saling mendukung dan saling membantu dalam segala hal. suasana ini mereka rayakan dengan makan bersama baik keluarga maupun teman – teman mereka. Senyuman manis selalu di tampilkan dari bibir mungil mereka, menunjukkan mereka sedang sangat berbahagia. Mereka merasa seperti berhasil membawakan tumpukan emas murni dari lembah curam yang dalam ke puncak gunung yang tinggi.

Kebahagiaan sudah selesai. saatnya mereka berpisah, karena memutuskan pulang ke daerah masing – masing untuk mencari pekerjaan. Aldy menyempatkan diri mengantar kekasihnya ke pelabuhan, sementara dia sendiri harus pulang ke daerah lain yaitu di pulau yang berbeda. “Sayang aku sangat mempercayaimu, jaga cinta kita berdua, aku akan menyusul untuk menikahimu”. Aldy menyampaikan pesan itu saat dia memegang kedua tangan Asty. lagi – lagi tangisan dan air mata kembali menemani suasana haru perpisahan tersebut. “Iya sayang, aku akan selalu setia menunggumu di sana, aku sayang sama kamu”. Kata – kata Asty yang terputus – putus menahan kesedihan dan air mata. “ Mohon perhatian, bagi para pengunjung, pengantar, dan pedagang asongan atau siapa saja yang tidak berkepentingan, segera keluar dari kapal, karena kapal akan segera dibeangkatkan”. Kata – kata yang di sampaikan oleh kapten kapal itu seakan memakasa agar sepasang kekasih yang saling mencintai itu segera berpisah.

Mendengar kalimat itu Aldy pamit dan pergi meninggalkan Asty. Asty terus mengamati langkahnya keluar. Kurang lebih lima meter dia melangkah, Aldy menoleh dan melihat wajah sedih Asty yang sedang mengamatinya. Tanpa mempedulikan orang banyak, Aldy segera kembali dan meraih tangan Asty lalu memeluknya erat. Bibirnya langsung mendarat di kening halus perempuan yang cantik itu. Aldy ingin memeluknya lebih lama lagi tapi dia harus segera keluar karena sedikit lagi kapal berangkat. “Hati – hati ya sayang, jaga mata dan jaga hati”. pesan terakhir Aldy sambil jari telunjuknya mengarah ke dada Asty persis lurus ke hatinya. “ iya sayang kamu juga hati – hati di sana”. Jawab Asty menahan tangis. Aldy segera keluar dari kapal dan tidak ingin memandangnya lagi. Dari dermaga Aldy hanya bisa melambaikan tangan mengucapkan selamat tinggal pada kekasihnya.

Aldy harus menjalin hubungan jarak jauh dengan kekasihnya alias LDR. Asty diterima sebagai guru di salah satu SMA di daerahnya, sedangkan Aldy bekerja di sebuah LSM yang bergerak di bidang pendidkan. Aldy juga aktif dalam kegiatan keagamaan. Komuikasi menggunakan seluler adalah pilihan terbaik untuk meghilangkan rasa kangen diantara mereka. Itupun jika Asty berada di tempat yang dijangkau signal. Maklum beberapa bagian daerah Asty belum dijangkau signal. Mereka selalu berkomunikasi tentang keseharian mereka masing – masing. Saling berbagi cerita lucu hingga cerita yang sedih. Mereka bertahan saling setia dan menjalankan itu selama beberapa tahun.

Asty sempat menceritakan hubungan mereka kepada orang tua dan keluarganya. Keluarga dan orang orang tua tidak menyetujui jika Asty menikah dengan orang yang berasal dari luar daerah itu. Asty coba membujuk keluarganya dengan menceritakan tentang kebaikan dan ketulusan Aldy dalam mencintainya. Itupun dia tidak pernah tahu bahwa salah satu organ di dalam tubuhnya adalah milik aldy, sehingga dia tidak pernah menceritakan hal itu kepada keluarganya. Keluarga tetap pada pendirian tidak menyetujui hubungan mereka. Keluarga hanya ingin agar dia menikah dengan orang dari daerahnya yang memiliki kebudayaan yang sama dan berasal dari keluarga bangsawan sama seperti keluarga Asty.

saat itu Asty mengalami sebuah dilema yang besar. Dirinya terasa hampa. Ia merasa seperti daun kering yang jatuh, tidak bersayap dan tidak bertenaga. Hanya mengikuti tiupan angin yang tidak tentu arah. Apakah dia akan jatuh ke air dan dibawa ke laut? Ataukan jatuh ke api yang berkobar dan lenyap? Atau mungkin akan ditangkap oleh merpati dan dijadikan sarangnya. Pandangan yang kosong tidak berisi selalu muncul dari sorot matanya yang tajam. Ia mencoba menutupi itu kepada kekasihnya. Tetapi bagaimanapun ia harus menceritakan itu semua agar hubungan mereka diperjelas. Aldy pun tak bisa berbuat banyak. Ia adalah penikmat cinta yang tulus. Ia tidak ingin orang lain terbebani karna cintanya. Ia menyerahkan sepenuhnya kepada Asty untuk menentukan keputusannya.

Asty sangat sulit untuk mengambil keputusan ini. Ia sudah terlanjur cinta sama Aldy. Apalagi jika dia tau bahwa dia berhutang nyawa sama Aldy. sambil menunggu keputusan yang jelas atau menanti anugerah dari Tuhan, mereka menjalani hubungan seperti biasa, hingga munculnya seorang guru baru di tempat kerja Asty.

Dia adalah Poca. Poca berasal dari pulau yang berbeda dari Asty dan juga Aldy. Dia berasal dari pulau lain yang juga memiliki budaya dan adat istiadat yang berbeda dengan mereka. Setelah beberapa bulan mengajar, Poca mulai dekat dengan Asty, tetapi mereka hanya berteman biasa. Mereka suda saling terbuka bahwa Asty memiliki kekasih di pulau seberang sedangkan Poca juga Suda punya kekasih di pulau asalnya. Poca juga menjalankan hubungan LDR dengan kekasihnya.

Api cemburu muncul dan membakar hati Aldy ketika dia tahu bahwa Poca selalu dekat dengan Asty. Aldy mengkhawatirkan jika kekasih pujaannya mencintai orang lain. Ia selalu marah – marah dan berbicara kasar sama Asty. Meskipun Asty sudah menjelaskan berkali – kalai tentang hubungannya dengan poca yang hanya berteman biasa, tetapi ia meragukan Asty. Api itu menyala dan susah dipadamkan, ketika Asty ketahuan berbohong tentang keberadaannya saat mengantar Riny teman gurunya ke bandara. Saat itu poca dan beberapa teman guru yang lain ikut mengantar Riny. Asty yang sudah tidak tahan dengan tingkah Aldy, terpaksa melakukan kebohongan itu, hingga mereka harus bersepakat untuk memutuskan hubungan mereka. Ungkapan marah tapi juga rindu terlihat dari tulisan mereka di akun facebook masing – masing. Tetapi mereka meyakini bahwa mengakhiri hubungan tersebut adalah keputusan yang terbaik.

Masa tugas Poca pun selesai. Ia harus pulang ke daerahnya dan meninggalkan teman – temannya. Asty dan Aldy hilang komunikasi sejak mereka bersepakat untuk mengakhiri hubungan mereka. Asty kemudian menemukan jodohnya dan menikah dengan seorang pria tampan. Dia adalah Randi. Pria dari keluarga bangsawan dari desa tetangganya. Aldy pun menikah dengan seorang wanita cantik dari daerahnya. Hingga kini Asty belum mengetahui siapa malaikat yang merelakan organ tubuhnya untuk menyelamatkan nyawanya.

Itukah cinta yang sesungguhnya ?

Memberi tanpa mengharapkan imbalan.

Mencintai tanpa harus memiliki.

Merelakan segalanya demi cinta.

Bahagia hanya karena melihat dia tersenyum.

kebahgiaan ada pada bibir manisnya

keindahan bersuber dari matanya yang bening

Kedamaian hanya dari hatinya

Poca Ds.

Rabu, 03 Januari 2018

Kata ayam tentang kehidupan

Suatu ketika, seekor induk ayam baru saja menetaskan telur - telurnya menjadi lima ekor anak ayam, sedangkan sebutir telur tidak menetas. Seperti biasa ayam yang sudah menetas biasanya langsung berjalan mengikuti induknya untuk mencari makanan. Hiangga suatu hari ayam pertama dengan tidak sengaja menginjak pinggir tempurung kelapa yang sedang terbuka. Karena beratnya badan ayam, tempurung tersebut berbalik lalu menutup anak ayam tersebut. Rasanya gelap gulita, dia tidak melihat apa - apa. Ia berusaha untuk keluar tapi tidak bisa. Tidak bisa melihat induk dan saudara - saudaranya. Kejadian yang begitu cepat membuatnya berpikir bahwa induk dan saudaranya mengalami hal yang sama sepertinya yaitu berada dalam tempat yang sempit dan gelap. Setelah pulang ke rumah, induknya baru menyadari dia telah kehilangan seekor anak kesayangannya. Iya mencoba mencarinya tapi tidak ditemukan lagi. Air mata kesedihan menetes dari mata bening induknya. Ia tetap berusaha tegar untuk menghidupkan anak - anaknya. Anak ayam pertamapun kelaparan dan mati.

Di waktu yang lain seekor elang datang dan menerkam ayam ke- dua. Kaki yang besar dan kuat menggenggam tubuhnya hingga tidak dapat bergerak. Kukunya yang tajam menusuk kedalam daging memperkuat cengkraman. Lalu yang paling sakit adalah saat ia mencabik - cabik bulu dan daging ayam itu lalu dimakannya. Saat itu pula ayam itu menghembuskan napas terakhirnya. Hati induk ayam kembali teriris melihat anaknya direnggut si elang.

Seiring berjalannya waktu anak - anak ayam itu semakin besar. Induk ayam harus berpisah dengan tiga ekor anaknya karena dia harus kembali bertelur. Diberinya nasihat kepada tiga anaknya untuk bisa mandiri dalam mencari makan. Saling melindungi dan menyayangi antara satu dengan yang lain. Saling memberi kode jika ada bahaya yang mengancam. Lalu induknya pergi karena dia merasa telurnya akan segera keluar.

Beberapa minggu setelah mengeram, induknya kembali menemukan anak-anaknya. Sayangnya mereka hanya tersisa dua ekor. "Mana saudaramu yang ke - tiga?". Tanya induk kepada dua ekor anaknya. Anak yang ke empat memalingkan wajahnya ke kiri dengan raut yang sedih sambil menahan air mata yang sudah terkumpul semakin banyak di kedua matanya. Mereka merasa bersalah dan tidak berani menatap mata induk mereka. Ayam ke - lima hanya tunduk diam dan tidak menjawab apa - apa. Lalu sekali lagi induknya menanyakan pertanyaan yang sama tetapi dengan nada yang lebih tinggi. "Malam itu kami baru saja memulai tidur, Tiba-tiba tuan kita datang dan mengambilnya lalu masuk ke dalam rumahnya. Lalu kami mendengar dia berterak dengan suara yang kurang jelas". Jawab anak ke empat dengan suara terbata - bata. Mendengar jawaban itu induknya hanya meneteskan air mata karena dia memahami apa yang sudah terjadi pada anaknya yang ke- tiga. Kemudian dia memberi penguatan agar mereka tetap semangat menjalani hidup.

"Ayo..., hajar lagi...., tendang dikepalanya".Suara teriakan terdengar riuh. Induk ayam mencoba mendekati arah munculnya suara tapi tidak terlalu dekat. Dan dia melihat kerumunan orang melingkar pada dua ekor ayam yang sedang diadu. Dia coba memperhatikan ternyata sala satunya adalah anaknya yang ke - empat. Dengan seragam pisau tajam si kakinya, dia berdiri kokoh dan kuat memperliatkan keberaniannya. Induknya langsung tersenyum bangga menyaksikan anaknya menang dalam pertandingan tersebut. Anaknya terus mengukir prestasi dan membanggakan induknya, tetapi akhirnya ia mati juga dikalahkan sama ayam lain.

Di waktu yang lain, suatu kebanggan luar biasa dari seekor induk juga ketika itu dia menyaksikan suara emas yang sangat merdu dari anaknya yang ke-lima. Saat itu anaknya mengikuti kontes ayam yang memiliki suara merdu. Anaknya pun selalu mendapatkan banyak penghargaan untuk kontes itu. Tetapi sayangnya dia diracuni oleh orang yang iri dengan suaranya dan mati. Lalu induk ayam itupun mati dan mereka saling bertemu di dunia lain. musik dan tari – tarian mengiringi kedatangan induk mereka di dunia yang lain. lalu mereka menikmati makan malam bersama sambil berbincang dan bercanda ria. “Hidup itu dingin, tidak melihat apa – apa, tenang dan tidak bergerak, hingga kamu membusuk”, kata telur yang tak sempat menetas. “Hidup di bumi itu sepih, sendirian di tempat yang sempit dan gelap. kelaparan, dan kamu tidak akan mendengarkan siapa – siapa, lalu mati”, ayam pertama menolak pendapat telur. “Tidak,, hidup itu siksaan, dimana kamu diterkam oleh makluk buas yang tak punya hati, yang akan menusuk kuku – kuku panjangnya pada tubuh mungilmu, lalu kamu dicabik – cabik hingga berdarah – darah, kemudian kamu lenyap dimakannya”, pendapat ayam ke dua tentang hidup. lalu ayam ke tiga menyambung. Dia berpendapat bahawa hidup itu hanya ada saat kamu masih kecil. setelah dewasa kamu akan merasakan ada sesuatu yang menggenggamu saat kamu tertidur, lalu kamu merasakan sebuah barang tajam bergerak di bagian bawah lehermu dan mautpun menghampirimu, kamu hanya bisa berteriak itupun hanya beberapa saat. “Kalian semua salah” sambung ayam ke empat. “Hidup itu indah, kamu akan bertarung dengan gagah dan berani, dengan ototmu yang kuat dan dilengkapi dengan pisau dikakimu. kamu akan disanjung saat kamu menjuarai sebuah pertandingan. tetapi kesombongan akan menghancurkanmu”. lanjut ayam ke empat. lalu ayam ke lima berkata, “aku hampir sama dengan ayam ke empat bahwa hidup itu indah, dan kamu harus selalu berhati – hati dalam menjalankannya, karena semakin kamu sukses, maka semakin banyak orang yang akan merasa iri dengan keadaanmu.

Pada akhirnya induk ayam menyatukan semua pendapat mereka, “Sebenarnya sudah ada yang mengatur hidup kita semua. Dia adalah Tuhan. Dia mengatur semuanya tentang apa yang terjadi dan akan terjadi. Kita hanya diminta untuk selalu berbuat baik kepada siapapun dan dimanapun.

By: Kristo Temang (Aris)

Kisah munculnya nama "weri ata" (“Menanam Orang”)

Kisah ini berdasarkan kemampuan ingatan dan pemahaman narasumber. Mohon maaf jika terjadi perbedaan pemahaman atau perbedaan isi cerita. Penulis sangat mengharapkan masukan anda jika memiliki atau memahami dengan jelas tentang kisah ini.

Pada zaman dahulu hiduplah sebuah keluarga kecil di sebuah hutan yang sekarang disebut kampung Desu, Desa Gulung, Kecamatan Satarmese utara, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur.Tetapi sebelum ke sana, Poca dulu hidup di belang sebelum pindah ke kampung Desu karena tidak nyaman hidup bersama pendatang baru keturunan Wangsa Ngkuléng. Keluarga kecil ini terdiri dari sepasang suami istri dan anak sematawayang mereka yang diberi nama Tandang. Kehidupan keseharian mereka adalah berburu dan meramu untuk mempertahankan hidup mereka.

Semakin berjalannya waktu, mereka kesulitan mendapatkan makanan karena buah - buahan dan binatang buruan semakin berkurang dan sulit ditangkap. Poca ayah dari si Tandang bingung mendapatkan makana untuk menghidupkan keluarga kecilnya. Suatu ketika, saat Poca berada di tengah hutan untuk mencari makan, dia beristirahat dibawah pohon karena merasa lelah berburu seharian. Tiba - tiba dia mendengar suara aneh yang tidak jelas sumbernya, memanggil namanya. " Pocaaaa" suara yang bergema itu memanggilnya. Dia mengangkat kepalanya dan mencoba dengan cermat mendengarkan suara itu. "Pocaaaaa" dengan jelas dia mendengar suara memanggil namanya. "Iyooo ite" (bahasa daerah yang artinya "iyaaa Tuan"), jawab si Poca. "Tundu apa dhau e?"( "apa yang sedang kamu pikirkan?"), suara itu menanyakan si Poca. "Aku ite tundu mose one kilo koeg, kawe wua haju kaku toe dumpu, ngo taang wase kole kaku toe haeng, wina agu anak gaku ga toe manga hang" ("saya sedang memikirkan kehidupan keluarga kecilku, karna saya suda tidak bisa mendapatkan buah- buahan dan buruan, sedangkan istri dan anakku sedang kelaparan"). Jawab Poca dengan suara yang lemah. “eme nggitu hau diang rimu puar mese hoo, poka taungs lehau haju mesed poli hitu tapa eme dango hajud” (kalau begitu kamu harus menebang hutan yang ada di sini semampumu, kemudian bakar sisa – sisa tumbuhan yang sudah kering”), suara itu memerintahnya untuk membersihkan lahan.

Lalau Poca mengikuti semuah perintahnya. dia menghabiskan waktunya selama beberapa bulan untuk membersihkan lahan tersebut. Alat yang digunakannya adalah batu karena saat itu masih zaman batu. setelah kering dia membakarnya menggunakan batu api. Kemudian suara misterius itu muncul lagi. kali ini dia menyuruh sesuatu yang berat untuk dilakukan. Suara itu menyuruhnya untuk membunuh anak satu – satunya. Poca tidak pernah menceritakan kejadian itu kepada istrinya. Dia menyadari bahwa istrinya tidak akan setuju dengan apa yang diperintahkan melalui suara itu. Karena kebingungan menghadapi kelaparan, Poca akhirnya merencanakan pembunuhan anaknya.

Hari itu Poca mengajak Tandang anaknya untuk bersama – sama dengan dia ke tempat yang sudah dibersihkan. Dengan sikap polos dan tidak mengetahui apa – apa, Tandang mengikuti ajakan ayahnya. dengan menggunakan batu yang tajam, Poca membunuh Tandang kemudian dicincangnya lalu ditebar keseluruh bagian lahan yang sudah dibersihkan sesuai perintah yang didengarnya lewat suara misterius itu. lalu turunlah hujan deras, disertai angin kencang di tempat tersebut. lalu Poca pulang ke rumah dengan hati yang sedih memikirkan anak kesayangan mereka. Ngalas melihat poca berjalan sendiri pulang ke rumah. Dia tidak melihat Tandang anak kesayanganya. Poca mempertanggung jawabkan bahwa Tandang hilang di tengah hutan saat dia sedang berburu. Saat itu juga si Ngalas menangis dan memarahi suaminya yang tidak menjaga anak mereka.

Beberapa minggu kemudian, Poca sangat merindukan anaknya yang telah dibunuhnya. Dia ingin melihat bekas – bekas daging dan dara anaknya. Dia tidak melihat sedikitpun darah apalagi daging di tempat itu. Hanya sebuah batu lempeng tajam yang digunakann untuk memotong dan batu datar panjang yang digunakan untuk alas saat dia memotongnya (sampai saat ini kedua batu tersebut masih ada di tempat itu “weri ata”). Sedangkan pada lahan ditumbuhi berbagai macam tanaman pangan dan hortikultura. “Hitu ngasangn ne woja” (“Yang itu namanya padi”), suara itu muncul saat dia memegang tanaman padi. “Hitu latung” (“kalau yang itu jagung”). begitulah dia memberi naman semua tanaman yang tumbuh di tempat itu. Selain padi dan jagung ada juga Ndesi (labu kuning), timung (mentimun) dan masih banyak tanaman lainnya.

Tibalah saatnaya tanaman – tanaman tersebut untuk dipanen. jagungnya sudah berisi, padi sudah mau menguning, labu kuning dan mentimunpun sudah berbuah, kacang – kacangan juga siap untuk dipanen. saat Ngalas istri poca memegang sala satu jagung tersebut untuk dipanen, tiba – tiba muncul suara dari dalam jagung “ Ende... aku cee” (“Ibu.. anakmu di sini). mendengar suara itu, dia tidak berani untuk mengambil jagung tersebut. Tetapi ada sebagian jagung yang tidak mengeluarkan suara ketika dipegang, jagung itulah yang diambilnya untuk dimakan. demikian pun tanaman – tanaman yang lain.

“Ende...aku cee”. kalimat tersebut selalu dipikirkan Ngalas saat perjalanan pulang ke rumahnya. Dalam hati dia memikirkan kenapa jagung itu mengatan hal itu padanya saat dipegangnya. Tetapi dia mencoba untuk diam hingga sampai dirumah dia tidak sanggup menahan rasa penasarannya itu. Dia lalu menceritakan kejadian itu pada Poca suaminya. Mendengar cerita itu Poca langsung meneteskan air matanya merindukan anak kesayangan mereka. Ngalah malah kebingungan melihat tingkah Poca. Poca menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada istrinya. Ngalas yang merasa telah dibohongi suaminya sangat marah. Sedangkan Poca yang merasa bersalah hanya terdiam dan mengakui kesalahannya.

Sejak saat itu corak kehidupan mereka berubah dari berburu dan meramu ke budaya bercocok tanam. Poca juga mengambil istri yang ke dua yaitu Menjing dan menghasilkan keturunan yang sekarang menghuni kampung Desu dan Tampar juga ada yang tersebar ke beberapa tempat di Flores.

Kisah ini diceritakan secara turun temurun dari nenek moyang masyarakat Desu. Ini dipercayakan oleh masyarakat Desu sebagai kisah nyata dengan beberapa alat bukti. Poca, Ngalas dan Menjing adalah benar – benar nenek moyang masyarakat Desu. Kuburan mereka bertiga baru saja dipindahkan di depan “Mbaru tembong” (Rumah Adat) Desu.Sedangkan tempat yang digunakan untuk menebarkan potongan - potongan daging manusia itu, sampai sekarang disebut "Weri Ata".

By: Kristo Temang (Aris)